25. Koordinasi Pariwisata

25. Koordinasi Pariwisata

Koordinasi Pariwisata
Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan menggerakkan ekonomi lokal. Beberapa musibah terjadi sejak tahun 2004 dan kabut tersebut menyelimuti perkembangan dunia pariwisata di Indonesia.

Pada akhir tahun 2004 terjadi tsunami di Aceh, pada tahun 2005 terjadi bom Bali dua, lalu berturut-turut terjadi musibah gempa di Jogjakarta dan di Sumatera Barat. Musibah yang terjadi di daerah unggulan pariwisata Jogjakarta, Bali, dan Sumatera Barat berakibat angka kunjungan wisatawan mancanegara turun.

Angka kunjungan terlihat membaik pada tahun 2006 yang lebih baik dari kunjungan pada tahun 2005, dan angka kunjungan pada tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Oleh karena di 2006 dan 2007 tak ada kejadian musibah dan situasinya kondusif, angka kedatangan wisatawan mancanegarapun membaik. Dengan modal kunjungan wisatawan mancanegara yang baik pada tahun 2006 dan 2007, dan persepsi luar negeri yang sangat baik tentang Indonesia, lalu pada tahun 2008 kita mantap menetapkan kembali Visit Indonesia Year (VIY) yang sesungguhnya sudah pernah ada dicanangkan oleh Menteri Pariwisata saat itu Bapak Soesilo Soedarman (alm) pada tahun 1991.

VIY 2008 ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat nomor 26/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2007, tanggal 16 Agustus 2007, tentang Logi Visit Indonesia Year 2008, dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan promosi mengenai kondisi yang menarik minat wisatawan dan para pelaku bisnis internasional agar mengunjungi dan melakukan kegiatan bisnis dan investasi di Indonesia.

Momen penting yang dipakai untuk meluncurkan VIY 2008 adalah 100 tahun  Kebangkitan Bangsa. Dengan VIY 2008 tersebut, kita menetapkan target ideal optimis kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2008 sebanyak 7 juta, adapun target moderat adalah 6,5 juta, dan target rendah pesimistik sebanyak 6 juta. Hasilnya menggembirakan yaitu tercapai 6.433.507, mendekati 100% target moderat. Dari kunjungan tersebut diperoleh devisa sebanyak USD 7,57 milliar meningkat USD 2,17 dibanding tahun 2007 sebanyak USD 5,4 miliar.
Permasalahan yang dirasa adalah minimnya dana promosi pariwisata ke luar negeri. Anggaran promosi pariwisata kita sebesar USD 20 jt lebih kecil dibanding  Malaysia dengan USD 80 juta. Kita tidak bisa memasang iklan di TV sesering yang dilakukan Malaysia. Juga dengan dana yang besar, Malaysia bisa di menayangkan iklan “Malaysia Truly Asia” di CNN setiap jam sekali, sementara kita tidak bisa.
Namun demikian, kita tidak menyerah karena biasanya ide cemerlang akan keluar kalau sudah kepepet.

VIY 2008 dilanjutkan pada tahun 2009 menjadi VIY 2009 dengan fokus pada wisata MICE dan wisata bahari. Target optimistik tahun 2009 adalah 6,5 juta wisatawan mancanegara dan ini merupakan hal yang optimistis ditengah krisis global yang masih menghadang, target moderat 6,4 juta, dan target pesimistik adalah 6,25 juta.
Pengembangan pariwisata adalah wisata berbasis MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibiton) yang zaman sekarang besar sekali efeknya, dan wisata bahari. Tantangan kita yang penting adalah membenahi obyek-obyek wisatanya.

Beberapa kegiatan sakala nasional dan internasional bernuansa wisata berbasis MICE yang telah diadakan pada tahun 2008 adalah:
1.     Konferensi Internasional Pendidikan di Bali pada bulan Mei 2008 dibuka Wapres RI, Konferensi Internasional Heritage Cities di Solo pada bulan Oktober 2008 dibuka Menbudpar,
2.     Konferensi Internasional BIMP EAGA (Brunei Indonesia Malaysia Philipina East Asia Growth Area) di Manado pada bulan Oktober 2008 dibuka Menteri Kooordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Bapak Ir. Aburizal Bakri,
3.     Konferensi Internasional tentang Intellectual Property Right di Bali pada bulan Desember 2008 dibuka Menko Kesra.

Menyambut dan mendukung VIY 2009, Pemerintah merencanakan kegiatan bernuansa pariwisata berbasis MICE dan bahari, yaitu (1) Konferensi Internasional World Ocean di Manado pada bulan Mei 2009, akan dibuka oleh Presiden RI, dan (2) Sail Bunaken 2009 pada bulan Agustus 2009 di Manado, Sulawesi Utara, akan dibuka Presiden RI. Indonesia sebagai negara maritim sangat perlu menggali kekayaan sumber daya dan melindungi wilayah maritim melalui pengembangan kegiatan kemaritiman dari berbagai aspek, dan salah satu yang akan dilaksanakan adalah Sail Bunaken, yaitu kegiatan kemaritiman yang bertujuan meningkatkan kepariwisataan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dan sebagai perekat ke-Bhinneka-an NKRI. Sail Bunaken 2009 diadakan pada bulan Agustus 2009 untuk menyemarakkan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke 64.