Koordinasi
Pariwisata
Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan menggerakkan
ekonomi lokal. Beberapa musibah terjadi sejak tahun 2004 dan kabut tersebut
menyelimuti perkembangan dunia pariwisata di Indonesia.
Pada akhir tahun 2004 terjadi tsunami di Aceh, pada tahun 2005 terjadi bom Bali
dua, lalu berturut-turut terjadi musibah gempa di Jogjakarta dan di Sumatera
Barat. Musibah yang terjadi di daerah unggulan pariwisata Jogjakarta, Bali, dan
Sumatera Barat berakibat angka kunjungan wisatawan mancanegara turun.
Angka kunjungan terlihat membaik pada tahun 2006 yang lebih baik dari kunjungan
pada tahun 2005, dan angka kunjungan pada tahun 2007 lebih baik dari tahun
2006. Oleh karena di 2006 dan 2007 tak ada kejadian musibah dan situasinya
kondusif, angka kedatangan wisatawan mancanegarapun membaik. Dengan modal
kunjungan wisatawan mancanegara yang baik pada tahun 2006 dan 2007, dan
persepsi luar negeri yang sangat baik tentang Indonesia, lalu pada tahun 2008
kita mantap menetapkan kembali Visit Indonesia Year (VIY) yang sesungguhnya
sudah pernah ada dicanangkan oleh Menteri Pariwisata saat itu Bapak Soesilo
Soedarman (alm) pada tahun 1991.
VIY 2008 ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat nomor 26/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2007, tanggal 16 Agustus
2007, tentang Logi Visit Indonesia Year 2008, dengan pertimbangan untuk
mengoptimalkan promosi mengenai kondisi yang menarik minat wisatawan dan para
pelaku bisnis internasional agar mengunjungi dan melakukan kegiatan bisnis dan
investasi di Indonesia.
Momen penting yang dipakai untuk meluncurkan VIY 2008 adalah 100 tahun
Kebangkitan Bangsa. Dengan VIY 2008 tersebut, kita menetapkan target ideal
optimis kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2008 sebanyak 7 juta, adapun
target moderat adalah 6,5 juta, dan target rendah pesimistik sebanyak 6 juta.
Hasilnya menggembirakan yaitu tercapai 6.433.507, mendekati 100% target
moderat. Dari kunjungan tersebut diperoleh devisa sebanyak USD 7,57 milliar
meningkat USD 2,17 dibanding tahun 2007 sebanyak USD 5,4 miliar.
Permasalahan
yang dirasa adalah minimnya dana promosi pariwisata ke luar negeri. Anggaran
promosi pariwisata kita sebesar USD 20 jt lebih kecil dibanding Malaysia
dengan USD 80 juta. Kita tidak bisa memasang iklan di TV sesering yang
dilakukan Malaysia. Juga dengan dana yang besar, Malaysia bisa di menayangkan
iklan “Malaysia Truly Asia” di CNN setiap jam sekali, sementara kita tidak
bisa.
Namun demikian, kita tidak menyerah karena biasanya ide cemerlang akan keluar
kalau sudah kepepet.
VIY 2008 dilanjutkan pada tahun 2009 menjadi VIY 2009 dengan fokus pada wisata
MICE dan wisata bahari. Target optimistik tahun 2009 adalah 6,5 juta wisatawan
mancanegara dan ini merupakan hal yang optimistis ditengah krisis global yang
masih menghadang, target moderat 6,4 juta, dan target pesimistik adalah 6,25
juta.
Pengembangan pariwisata adalah wisata berbasis MICE (Meeting, Incentive,
Convention, dan Exhibiton) yang zaman sekarang besar sekali efeknya, dan wisata
bahari. Tantangan kita yang penting adalah membenahi obyek-obyek wisatanya.
Beberapa kegiatan sakala nasional dan internasional bernuansa wisata berbasis
MICE yang telah diadakan pada tahun 2008 adalah:
1. Konferensi
Internasional Pendidikan di Bali pada bulan Mei 2008 dibuka Wapres RI,
Konferensi Internasional Heritage Cities di Solo pada bulan Oktober 2008 dibuka
Menbudpar,
2. Konferensi
Internasional BIMP EAGA (Brunei Indonesia Malaysia Philipina East Asia Growth
Area) di Manado pada bulan Oktober 2008 dibuka Menteri Kooordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Bapak Ir. Aburizal Bakri,
3. Konferensi
Internasional tentang Intellectual Property Right di Bali pada bulan Desember
2008 dibuka Menko Kesra.
Menyambut dan mendukung VIY 2009, Pemerintah merencanakan kegiatan bernuansa
pariwisata berbasis MICE dan bahari, yaitu (1) Konferensi Internasional World
Ocean di Manado pada bulan Mei 2009, akan dibuka oleh Presiden RI, dan (2) Sail
Bunaken 2009 pada bulan Agustus 2009 di Manado, Sulawesi Utara, akan dibuka
Presiden RI. Indonesia sebagai negara maritim sangat perlu menggali kekayaan
sumber daya dan melindungi wilayah maritim melalui pengembangan kegiatan
kemaritiman dari berbagai aspek, dan salah satu yang akan dilaksanakan adalah
Sail Bunaken, yaitu kegiatan kemaritiman yang bertujuan meningkatkan
kepariwisataan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dan sebagai
perekat ke-Bhinneka-an NKRI. Sail Bunaken 2009 diadakan pada bulan Agustus 2009
untuk menyemarakkan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke 64.
Komentar
Posting Komentar