DEFINISI KONFLIK
Konflik dapat berupa
perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau
munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik
sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap
di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang
dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. Subtantive
conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan
dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi
akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan
penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang
diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Definisi lain yaitu sikap
saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang
memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan
sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian
konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak
kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi
tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi
konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya
apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan.
Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi
dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau
Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang
dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah
atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk
saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Mengendalikan konflik
berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka
konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1.
Mempertegas
atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di
antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai
suatu unit kerja saja.
2.
Meminimalkan
kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara
unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator
dari dua atau lebih unit kerja.
3.
Memperbesar
sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta
anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4.
Membentuk
forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama.
Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan
permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5.
Membentuk
sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan.
6.
Pelembagaan
kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak
yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7.
Meningkatkan
intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin
sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8.
Me-redesign kriteria
evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil
dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas
jasa.
Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga metode
penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan,
kompromi, dan pemecahan masalah integratif.
Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1.
Kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
2.
Penenangan
(smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
3.
Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
4.
Aturan
mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah
yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
TINGKAT KONFLIK (LEVELS OF
CONFLICT)
Konflik
yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam
empat tingkatan:
a.
Konflik
dalam diri individu itu sendiri
Konflik dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload jitu
dimana ia dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan
dapat pula terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana ia harus membuat
keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik. Perspektif di
bawah ini mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan
Thomas V. Banoma dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management:
1.
Appriach-approach conflict, yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah
satu di antara beberapa alternatif yang sarna baiknya.
2.
Avoidance-avoidance conflict, yaitu keadaan dimana seseorang terpaksa memilih
salah satu di antara beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
3.
Approach-avoidance conflict, merupakan suatu situasi dimana seseorang terdorong
oleh keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara
simultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak
menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri.
4.
Multiple aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi dimana seseorang
terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari approach-avoidance
conflict.
b.
Konflik
interpersonal, yang merupakan konflik antara satu individual dengan individual
yang lain. Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emotional,
bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam
hal hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu sendiri
c.
Konflik
intergrup
Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun,
dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang
berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan integrup
harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari
semua konsekuensidisfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.
d.
Konflik
interorganisasi
Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan-perusahaan
swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan dengan isu yang lebih
besar lagi, contohnya persetisihan antara serikat buruh dengan perusahaan.
Dalam setiap kasus, potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang
mewakili organisasi secara keseluruhan, bukan hanya subunit internal atau group
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
1.
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi setiap orang
memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
- Penolakan:
konflik menyebabkan tidak nyaman
- Kompetisi:
konflik memunculkan pemenang
- Kompromi:
ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
- Akomodasi:
ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
- Kolaborasi:
mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja
bersama-sama.
Konflik biasanya timbul sebagai hasil adanya
masalah-masalah hubungan pribadi(ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai
pribadi karyawan dengan perilaku yang harus diperankan pada jebatannya,atau
perbedaan persepsi) dan struktur organisasi (perebutan sumber daya-sumber daya
yang terbatas, pertarungan antar departemen dan sebagainya.
Pada hekaktnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok
atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi.
Dalam bab ini,pembahasan akan dimulai dengan membicarakan tentang pengertian
berbagai jenis konflik.kemudian konflik antar pribadi diuraikan dengan kerangka
jendela johari dan strategi-strategi penyelesaiannya.
JENIS-JENIS KONFLIK
Orang mengelompokkan konflik ke dalam :
1.
Konflik
peranan yang terjadi di dalam diri seseorang ( personrole conflict ).dimana
peraturan yang berlaku tak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang itu
memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku
tersebut. Konflik ini pada hakekatnya meminta kesadaran orang untuk menaati
peraturan yang ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi.
2.
Konflik
antar peranan (inter-role conflict),dimana orang menghadapi persoalan karena
dia menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan. Konflik ini dapat
dihindari dengan mendefinisikan kembali tugas yang terlebih dahulu telah
dispesialisasikan dan dialokasikan pada seorang tertentu sehingga akibat
negative dwi fungsi diminimumkan.
3.
Konflik
yang timbul karena seseorang,harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender
conflict). Ini dapat dihindari denagn memperlakukan sama bagi semua pihak-pihak
yang berkepentingan.
4.
Konflik
yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan
(intrasender conflict). Ini dapat dihindari dengan sistem informasi yang lebih
baik serta adanya buku pedoman atau tujuan perusahaan.
Lima
jenis konflik (menurut pihak-pihak yang saling bertentangan)
A. Konflik dalam diri individu. Yang terjadi bila seseorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya.
B. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, di mana hal ini sering
diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian.
C. Konflik antar individu dan kelompok.
Yang berhubungan dengan individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang
dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
D. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
E. Konflik antar organisasi
Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian
suatu Negara.
BERBAGAI SEGI POSITIF DARI KONFLIK SEBAGAI BERIKUT :
1. Konflik dalam:
• Perggantian pimpinan yang lebih berwibawa,penuh ide baru dan semangat baru.
• Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang
disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi.
• Pelembagaan konflik itu sendiri artinya konflik disalurkan tidak merusak
susunan atau struktur organisasi.
2. Konflik dengan organisasi lain mungkin dapat :
• Lebih mempersatukan para anggota organisasi.
• Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi
• Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan.
• Sebagai suatu lembaga pengawasan masyarakat.
Bagaimanapun juga, konflik merupakan suatu hal yang
memakan pikiran,waktu,tenaga,dan lain-lain untuk menyelesaikannya.kalau ini
sering terjadi dan penyelesainnya berlarut-larut akan memperlemah kedudukan
pihak-pihak yang saling konflik dan organisasi sebagai keseluruhan.
SUMBER-SUMBER KONFLIK ORGANISASIONAL
Berbagai sumber utama konflik organisasional dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
untuk membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas. Konflik ini dapat timbul
karena kelompok-kelompok organisasi bersaing untuk memperebutkan bagian
terbesar sumber daya – sumber daya yang tersedia.
2.
Perbedaan
– perbedaan dalam berbagai tujuan. Kelompok-kelompok organisasi cenderung
menjadikan terspesialisasi atau dibedakan karena mereka mengembangkan berbagai
tujuan,tugas dan personalia yang tidak sama.perbedaan-perbedaan ini sering
menyakibatkan konflik kepentingan atau prioritas,meskipun tujuan organisasi
sebagai keseluruhan telah disetujuin.
3.
Saling
ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja. Konflik potensial adalah terbesar
apabila suatu unit tidak dapat mulai pekerjaannya karena harus menunggu
penyelesaian pekerjaan unit lain.
4.
Perbedaan
nilai-nilai atau persepsi. Perbedaan-perbedaan tujuan diantara anggota berbagai
satuan dalam organisasi sering berkaitan dengan berbagai perbedaan
sikap,nilai-nilai dan persepsi yang dapat menimbulkan konflik.
5.
Kemenduaan
organisasional. Konflik antar kelompok dapat juga berasal dari tanggungjawab
kerja yang dirumuskan secara mendua (ambiguous) dan tujuan-tujuan yang tidak
jelas.
6.
Gaya-gaya
individual. Pada umumnya konflik ini terjadi apabila para anggota kelompok
sangat berbeda dalam hal ciri-ciri seperti sifat kerja,umur dan pendidikan.
KONFLIK ANTAR PRIBADI
Salah satu penanganan analitis konflik antar pribadi dapat diperoleh dengan
mempelajari berbagai cara berbeda yang dipergunakan seorang “pribadi” untuk
berinteraksi dengan pribadi-pribadi lain.
Menurut JENDELA JOHARI, pribadi seseorang terbagi menjadi 4 yaitu :
1.
Pribadi
terbuka (open self),bentuk interaksi ini orang mengenal dirinya sendiri dan
orang lain.
2.
Pribadi
tersembunyi (hidden self),bentuk ini orang mengenal dirinya sendiri tetapi
tidak mengenal pribadi orang lain.
3.
Pribadi
buta (blind self),bentuk ini orang mengenal pribadi orang lain tetapi tidak
mengenal dirinya sendiri.
4.
Pribadi
tak dikenal (undiscovered self),bentuk ini orang tidak mengenal baik dirinya
sendiri maupun orang lain.
Jendela
Johari hanya mengemukakan berbagai kemungkinan pola antar pribadi, tetapi tidak
menggambarkan situasi-situasi konflik antar pribadi yang mungkin
terjadi.meskipun demikian jendela johari sangat berguna untuk menganalisa
situasi-situasi konflik tersebut.
Terdapat tujuh pedoman bagi pengadaan umpan balik
untuk hubungan-hubungan antara pribadi yang efektif dapat diperinci sebagai
berikut:
A. Menjadi lebih deskriptif daripada bersifat pertimbangan
B. Menjadi lebih spesifik daripada umum
C. Menangani hal-hal yang dapat diubah
D. Bemberi umpan balik apabila diinginkan
E. Memperhatikan motif-motif pemberian dan penerimaan umpan balik
F. Memberikan umpan balik pada saat perilaku berlangsung
G. Memberikan umpan balik bila akurasinya dapat dicek dengan orang-orang lain.
KONFLIK ORGANISASIONAL
Dalam hal ini Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional,
antara lain:
1. Suatu situasi dimana tujuan – tujuan tidak sesuai
2. Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-lalokasi sumber
daya yang tidak sesuai
3. Suatu masalah ketidaktepatan status
4. Perbedaan presepsi
KONFLIK STRUKTURAL
Dalam organisasi klasik ada empat bidang structural dimana konflik sering
terjadi:
A. Konflik hirarkis,yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi
B. Konflik fungsional,yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional
organisasi.
C. Konflik lini-staf,yaitu konflik antar lini dan staf.
D. Konflik formal – informal,yaitu konflik antara organisasi formal dan
informal.
PERANAN KONFLIK DALAM ORGANISASI
Secara tradisional, pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat
sederhana dan optimistic. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan
sebagai berikut:
1. Konflik menurut definisinya dapat dihindarkan
2. Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau, dan
primadona.
3. Bentuk-bentuk wewenang legalistic seperrti ‘berjalan melalui sluran-saluran‘
atau ‘berpegang pada aturan‘.
Dan hasilnya berupa serangkaian anggapan baru
tentang konflik yang hamper persis berlawana dengan anggapan-anggapan
tradisional:
1.
konflik
tidak dapat dihindarkan
2.
konflik
ditentukan oleh factor-faktor structural seperti bentuk fisik suatu
bangunan,desain struktur karier,atau sifat sistem kelas.
3.
Konflik
adalah bagian integral sifat perubahan.
4.
Konflik
dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam berbagai
derajat.
5.
Tingkat
konflik minimal adalah optimis.
Atas
dasar anggapan-anggapan diatas,manajemen konflik organisasional telah
menggunakan suatu pendekatan baru.pendekatan yang cukup representative adalah
tiga strategi dasar untuk mengurangi konflik organisasional yang dikemukan
Litterer yaitu:
1.
Penyangga
atau penengah dapat diletakkan diantara pihak-pihak yang sedang
berkonflik.
2.
Membantu
pihak-pihak yang sedang konflik untuk menggembangan pandangan yang lebih baik
tentang diri mereka dan cara mereka yang saling mempengaruhi.
3.
Merancang
kembali struktur organisasi agar konflik berkurang.
MENGHINDARI
KONFLIK ORGANISASI
Ada beberapa cara untuk menghindari konflik dalam suatu organisasi, antara lain
sebagai berikut :
A. Pemimpin organisasi harus memperhatikan sikap dan pendapat para anggoata
organisasi agar kegiatan yang terorganisasi secara efektif dalam pelaksanaannya.
B. Pemimpin harus member contoh yang baik dalam tindakan-tindakannya.
C. Dapat mempraktekkan evaluasi jabatan dapatlah dicapai pembenahan
fungsi,kekuasaan, tanggungjawab serta pelaporannya.
D. Cara lain dengan :
a. Prosedur kelah
b. Kotak saran
c. Kebijaksanaan pintu terbuka
d. Pertemuan kelompok
e. Rapat anggota, dan lain sebagainya.
MENYELESAIKAN SUATU KONFLIK DIDALAM
ORGANISASI Bila keadaan tidak
saling mengerti serta situasi penilaian terdapat perbedaan antar anggota
organisasi itu makin parah, sehingga konsesus sulit dicapai, maka konflik pun
tak dapat terelakkan.cara penyelesaiannya bisa dengan cara-cara dibawah ini:
1. Menggunakan kekuasaan ( dalam hal yang baik dan lebih bijaksana)
2. Konfrontasi (dengan meminta persetujuan semua pihak organisasi
3. Kompromi (pihak yang satu mengorbankan sesuatu agar memuaskan pihak yang
lain)
4. Menghaluskan situasi
5. Pengunduran diri dari organisasi.
Berbagai keadaan yang menguntungkan suatu organisasi
dalam menghadapi konflik adalah bila:
• Strukturnya dapat memperlancar proses saling tidak anggota dan kelompok
• Anggotanya mampu melaksanakan proses saling tidak yang efektif dan saling
mempengaruhi
• Anggota yang satu mempercayai anggota yang lain, setia, dll.
Penyelesaian konflik dalam organisasi seperti itu sifatnya akan kreatif dan
konstruktif dan inilah yang kita inginkan semua,yaitu tercapainya kesesuaian
(conformity) antar anggota dimana para anggota memperagakan sikap,perilaku dan
tindakan yang harmonis.
Komentar
Posting Komentar