Suhu yang menghangat di Samudera Hindia dan tingginya frekuensi El Nino
menyebabkan kondisi kering di hutan Kalimantan. Ini menyebabkan beberapa
spesies terancam keberlangsungan hidupnya karena sulit beradaptasi
dengan panasnya Bumi.
Menurut hasil penelitian yang diterbitkan
Journal of Geophysical Research-Biogeosciences, deforestasi menyebabkan
hutan Kalimantan sudah terlalu rusak. Masa depan hutan ini sekarang
mulai meredup.
"Bahkan spesies pohon yang bisa beradaptasi dengan
cuaca kering masih berisiko punah," demikian pernyataan yang dirilis
American Geophysical Union (AGU), Rabu (18/7). "Sebagian kecil spesies
yang tidak bisa beradaptasi, berada dalam risiko terancam punah lebih
besar."
Hasil ini tidaklah mengejutkan karena pernah terjadi di
Hutan Amazon, Amerika Selatan. Ada spesies yang sulit beradaptasi dengan
kekeringan dan kebakaran hutan.
Dikatakan Ismayadi Samsoedin
dari Badan Litbang Kementerian Kehutanan, memang ada beberapa spesies
yang kini masuk endangered di Kalimantan. "Anggrek hitam (Coelogyne
pandurata) yang dulu terkenal di Kalimantan Timur kini jadi berkurang
populasinya karena perubahan iklim," katanya saat berbincang dengan
National Geographic Indonesia, Kamis (19/7).
Anggrek hitam (Coelogyne Pandurata)
Anggrek ini hanya tumbuh di Pulau Kalimantan dan menjadi maskot
Provinsi Kaltim. Meski masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway,
jumlahnya dalam tahap yang memprihatinkan.
Kayu ulin atau kayu
besi (Eusideroxylon zwageri) juga masuk dalam spesies yang nyaris
musnah. Kelangkaan kayu ini bahkan lebih terasa karena mengandung nilai
ekonomi tinggi. "Buah-buahan liar seperti rambutan, durian, dan menteng
hutan, juga terancam populasinya karena proses pengambilan yang kurang
baik dari warga sekitar," tambah Ismayadi.
Sayangnya dengan
kondisi semacam ini, Kemenhut sulit menerapkan kebijakan sebagai bentuk
pencegahan perusakan lebih lanjut. Sejak otonomi daerah diterapkan
sepuluh tahun lalu, Kemenhut hanya bisa memberi saran atau masukan.
Jika
pun ada Keputusan Menteri (Kepmen), belum ada yang sifatnya nyata untuk
konservasi tumbuhan yang belum dikenal. Malah, saat ini lebih subur
pembangunan tambang batu bara, penebangan hutan untuk kelapa sawit, dan
perkebunan karet.
"Hingga saat ini belum ada Kepmen yang bisa menjaga hutan Kalimantan dengan baik," ujar Ismayadi.
Komentar
Posting Komentar