Istilah organisasi
berasal dari kata organon/bahasa yunani. Yang berarti alat, tools. Desain
organisasi (organizational design) merupakan proses memilih dan
mengimplementasikan struktur yang terbaik untuk mengelola sumber-sumber untuk
mencapai tujuan
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai
tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana,
data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan organisasi. atau dapat disebut sebagai bentuk formal dari
sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan
kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan
bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan organisasi dan tujuan individu dapat
tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang
sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota
organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing-masing
secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya
dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi
pengurus organisasi/pejabat yang berwenang.
Pengertian organisasi dan metode secara lengkap:
rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala
sumber dan factor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama
dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka
mencapai tujuan yang sah ditetapkan.
Definisi-definisi lain mengenai
organisasi:
1. Menurut James D.
Mooney : organisasi adalah suatu bentuk kerjasama manusia untuk pencapaian
tujuan bersama.
2. Menurut Thester I.
Bernard : organisasi merupakan suatu sistem kerjasama dari 2 orang atau lebih,
sesuatu yang tak terwujud dan tidak bersifat perseorangan dan sebagian besar
mengenai hal-hal hubungan.
3. Menurut J. M. Gaus : organisasi
adalah tata hubungan antar orang-orang untuk dapat memungkinkan tercapainya
tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab. organisasi
adalah alat untuk tercapainya tujuan dari sebuah Hubungan manajemen dan
organisasià manajemen.
Organisasi dapat dilihat dengan dua cara
berbeda, yaitu:
1) Organisasi sebagai suatu sistem
terbuka yang terdiri atas sub-sistem yang saling berkaitan, dan memperoleh
input untuk diolah yang berasal dari lingkungan serta menyalurkan output hasil
pengolahan ke lingkungan kembali
2) Organisasi sebagai sekelompok orang
yang berkerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama (Monir H. Thayeb).
1. Organisasi
dalam arti statis
·
Melihat organisasi sebagai sesuatu yang
tidak bergerak/diam.
·
Organisasi dipandang sebagai wadah atau
alat untuk mencapai tujuan, wadah bekerjasama, wadah bagi administrasi dan
manajemen yang memungkinnya bergerak.
·
Organisasi dipandang sebagai jaringan
dari hubungan kerja yang bersifat formal yang tergambar dalam bagan organisasi.
·
Organisasi seabagi saluran hierarki
kedudukan yang ada yang menggambarkan garis wewenang, garis komando, dan garis
tanggung jawab.
2. Organisasi
dalam arti dinamis
·
Organisasi merupakan organ yang hidup,
selalu bergerak, mengadakan pembagian tugas berdasarkan sistem dan ruang
lingkup.
·
Terdiri dari sekelompok orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
·
2 kemungkinan dalam organisasi yang
dinamis, yaitu kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang, serta kemungkinan
organisasi untuk mati.
3. Organisasisebagai
sistem kerja sama
·
Adanya sekelompok orang yang mengadakan
kerjasama yang dilandasi oleh kesamaan tujuan.
·
Suatu sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan
yang dirumuskan dengan baik dan dilengkapi dengan wewenang, tugas, dan tanggung
jawab.
·
Adanya spesialisasi fungsi dari suatu
tugas bersama.
·
Sistem terencana dari usaha kerjasama
dengan memberikan peran kepada setiap orang untuk dijalankan, wewenang, tugas,
dan tanggungjawab untuk dilaksanakan.
4.
Organisasi sebagai sistem tata hubungan kerja
·
Tata hubungan pribadi
·
Tata hubungan formal
·
Tata hubungan informal
·
Tata hubungan langsung
·
Tata hubungan tidak langsung
·
Tata hubungan vertikal (up/down ward)
·
Tata hubungan horizontal
·
Tata hubungan diagonal (up/down ward diagonal)
5. Organisasisebagai
proses pembagian tugas
·
Suatu proses menetapkan dan mengelompokkan
jenis pekerjaan yang diikuti pelimpahan wewenang dan tanggungjawab.
·
Rangkaian bagian-bagian saling
tergantung dan berdiri sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh.
·
Proses pembagian tugas dan menentukan
siapa yang mengemban tugas dan tanggung jawab.
·
Proses kegiatan penyusunan,
pengembangan, pemeliharaan dari pola hubungan kerja dari
bagian-bagian/individu-individu dalam organisasi.
B. MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Manajemen pada hakekatnya merupakan
proses kegiatan seorang pimpinan (manager) yang harus dilakukan dengan
mempergunakan cara-cara pemikiran yang rasional maupun praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain sebagai
sumber tenaga kerja tanpa mengabaikan sumber-sumber yang lain dan waktu yang
tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.
Manajemen adalah proses kegiatan
pencapaian tujuan melalui kerjasama antar manusia. Rumusan tersebut mengandung
pengertian adanya hubungan timbal balik antara kegiatan dan kerjasama disatu
pihak dengan tujuan di pihak lain.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka
perlu dibentuk suatu organisasi yang pada pokoknya secara fungsional dapat
diartikan sebagai sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerjasama
yang efisien untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi
organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai tujuan. Jadi,
dalam rangka manajemen maka harus ada organisasi, demikian eratnya dan kekalnya
(consistency) hubungan antara manajemen dan organisasi.
C. MANAJEMEN DAN TATA KERJA
Tata kerja atau metode adalah satu cara
bagaimana (how) agar sumber sumber dan waktu yang tersedia dan amat diperlukan
dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga proses kegiatan manajemen dapat
dilaksanakan dengan tepatpula. Dengan tata kerja yang tepat mengandung arti
bahwa proses kegiatan pencapaian tujuan sudah dilakukan secara ilmiah dan
praktis, disamping itu pemakaian tata kerja yang tepat pada pokoknya ditujukan
untuk :
1.
Menghindari terjadinya pemborosan di
dalam penyalahgunaan sumber-sumber dan waktu yang tersedia.
2.
Menghindari kemacetan-kemacetan dan
kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan.
3.
Menjamin adanya pembagian kerja, waktu
dan koordinasi yang tepat.
Jadi hubungan antara manajemen dan
tata kerja dapat dilukiskan seperti dibawah ini :
Manajemen : Menjelaskan perlunya ada
proses kegiatan dan pendayagunaan sumber-sumber serta waktu sebagai
faktor-faktor yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya
tujuan. Tata Kerja : Menjelaskan bagaimana proses kegiatan itu harus
dilaksanakan sesuai dengan sumber-sumber dan waktu yang tersedia.
D. MANAJEMEN , ORGANISASI DAN TATA KERJA
Eratnya hubungan atau hubungan timbal
balik antara ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut : a) Manajemen
: Proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerjasama antar manusia.
b) Organisasi : Alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi
pengelompokkan kerjasama.
c) Tata kerja : Pola cara-cara bagaimana kegiatan dan kerjasama tersebut harus
dilaksanakan sehingga tujuan tercapai secara efisien.
Dengan adanya konsep diatas jelaslah bahwa baik manajemen, organisasi
maupun tata kerja ketiganya diarahkan kepada tercapainya tujuan. Dengan adanya
ketiga konsep diatas kita tahu bahwa dari setiap sub memiliki hubungan timbal
balik antar satu sam lain dalam dunia organisasi umum, apabila ada salah satu
bidang yang tidak melakukan peran dengan baik maka akan terjadi
ketidakseimbangan dalam suatu organisasi tersebut
Definisi Desain Organisasi Formal dan Informal
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan
diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang
rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada
suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke
gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Salah satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan
hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan
hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi.
Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal
berbeda :
1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam
organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal
tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta
muncul dan dipilih dalam informal.
3. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan
melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para
anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
4. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan
dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu
kelompok informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok
formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya
hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu
mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam
berbagai tinkatan formal.
1. Teori Organisasi Classic
Pada mulanya teori administrasi/manajemen atau organisasi telah
dirancang secara tradisional/klasik. Terdapat 3 kategori pokok pendekatan
klasik ini: (1) scientific management; (2) administrative
management; dan (3) the bureaucratic model of organization (Beach,
1980: 133).
a. Teori Organisasi Scientific management.
Pendiri
gerakan manajemen ilmiah ini adalah Frederick W. Taylor (1856-1915), seorang
insinyur dan ahli manajemen Amerika. Dia tidak menciptakan teori umum mengenai
organisasi; namun hanya mengusulkan sejumlah teknik dan filsafat yang
diturunkan dari pengalamannya yang lebih luas di bidang manajemen dan
konsultan. Dia menaruh perhatian pada manajemen pabrik dan efisiensi,
memperkenalkan konsep dan teknik analisa/studi jabatan, analisa waktu,
standarisasi jabatan, spesialisasi tugas, penentuan keseimbangan kerja, seleksi
pegawai secara teliti, teknik pelatihan staf, dan kompensasi berupa insentif
gaji untuk membantu mencapai hasil kerja yang lebih tinggi.
Taylor
memindahkan tanggungjawab kegiatan perencanaan yang semula ditangani para
pekerja (bawahan) diserahkan kepada seorang spesialis manajemen. Dia juga
memperkenalkan sistem pengelolaan pabrik yang disebut dengan functional
foremanship (kepengawasan fungsional yang dilakukan para mandor). Meskipun
tidak bertahan lama, sistem ini merupakan pembuka jalan ke arah perluasan
perencanaan staf dan sistem pengawasan di pabrik-pabrik.
Secara
umum, kita memandang bahwa gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori Taylor
diarahkan pada pencapaian produktivitas kerja yang tinggi, keuntungan yang
lebih besar, biaya murah, dan sistem pengawasan mesin-manusia yang lebih
efektif.
b. Teori Organisasi Administrative Management.
Kalau
scientific management memfokuskan perhatiannya pada organisasi dari level
manajemen bawah, maka para teoritisi manajemen administratif memandang
organisasi dari puncak (from the top-down). Para pemuka manajemen administratif
ini antara lain: Henri Fayol, seorang industrialis Perancis; L. Gulick,
spesialis administrasi publik dan akademisi; Lyndall Urwick, seororang
teoritisi dan konsultan Inggris; James D. Mooney dan Alan C Reiley, pimpinan
dari General Motor, Amerika (Burhanuddin, 1994).
Para
teoritisi manajemen adminisitratif tersebut mengumandangkan prinsip-prinsip
organisasi dan manajemen secara umum. Meskipun prinsip-prinsip yang mereka
kemukakan berbeda satu sama lain, namun pada umumnya mereka mempunyai kesatuan
proposisi sebagai berikut :
§ Spesialisasi fungsi dan pembagian kerja penting bagi efisiensi.
§ Tanggung jawab dan kekuasaan supervisor dan manajer harus dilukiskan secara
jelas. Di sana harus terdapat garis kekuasaan secara jelas, dari atas ke bawah.
Kekuasaan harus mengalir dari atas ke bawah, melalui struktur organisasi yang
ada. Tanggung jawab harus sepadan dengan kekuasaan. Setiap anggota organisasi
hanya memiliki satu pimpinan atau komando (unity of command).
§ Koordinasi fungsi dan anggota kelompok harus dilakukan oleh manajer di
setiap unit.
§ Segala perintah, informasi dan pengaduan-pengaduan harus disalurkan melalui
garis kekuasaan yang sudah ditetapkan.
§ Jumlah bawahan yang harus diawasi oleh seorang supervisor dibatasi antara 5
atau 6 orang. Namun belakangan formulasi demikian tidak begitu diterima, dan
diperluas dengan batasan jumlah orang-orang yang diawasi sesuai dengan situasi
atau kompleksitas kerja atau faktor-faktor lain.
§ Pertama-tama, rancanglah organisasi dan tugas-tugas kemudian temukanlah
orang-orang yang dapat menangani tugas-tugas yang telah dirumuskan tersebut.
Janganlah membentuk pekerjaan (job) untuk dicocokkan pada kemampuan dan minat
individual.
c. Teori Organisasi Bureaucratic Model
Konsep
model birokrasi ini berasal dari Sosiolog Jerman Max Weber, yang banyak
menghasilkan karya tulis pada tahun 1900-1920. Weber memandang dunia, khususnya
masyarakat, secara sekular dan rasional. Di dalam membangun dan mengoperasikan
suatu lembaga manusia yang terlibat di dalamnya, cenderung mendasarkan
tindakannya pada pengetahuan, pengambilan keputusan rasional, teknologi dan
sangat sedikit sekali pada hal-hal mistik dan gaib. Dia memandang birokrasi
yang ada di organisasi merupakan alat yang sangat efisien dalam mengoperasikan
organisasi-organisasi yang berskala besar, baik swasta maupun milik pemerintah.
Ciri-ciri
pokok birokrasi ini adalah :
§ Pembagian kerja yang tegas dan spesialisasi yang tinggi,
§ Setiap biro yang ada di bawah berada di bawah kontrol yang lebih tinggi
(hierarkis),
§ Sistem pemerintahan diadministrasikan secara obyektif,
§ Penempatan tenaga kerja, penugasannya didasarkan pada kualifikasi, bukan
pada hubungan sanak famili atau favoritas.
§ Adanya keamanan kerja bagi bawahan, dan
§ Penggunaan catatan, dokumen, dan arsip-arsip secara ekstensif.
2.Teori Organisasi Behavioral Science
Para
penyokong bidang ini, mulai kerjanya dari tahun 1920-an sampai dengan awal
1950-an. Mereka dinamakan human relationist. Pada tahun-tahun itu mereka tidak
disebut sebagai ilmuwan behavioral. Pada pokoknya mereka sebenarnya adalah para
psikolog dan sosiolog industri milik Perguruan Tinggi. Industri privat adalah
laboratorium mereka. Penemuan-penemuan (riset) Elton Mayo dan teman-temannya di
Universitas Harvard terhadap Hawthorne Works or The Western Electric Company di
Chicago menandai munculnya gerakkan human relation ini. Penelitian tersebut
berlangsung sejak tahun 1927 sampai pada tahun 1932. Rangkaian studi ini
membuktikan kunci pentingnya tekanan-tekanan kelompok, hubungan sosial, dan
sikap terhadap supervisi dan pekerjaan yang menentukan produktivitas kelompok.
Kalau
teoritisi organisasi klasik menaruh perhatian mereka pada tugas, struktur, dan
kekuasaan. maka para ahli human relation ini menekankan pada dimensi
manusianya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem sosial sebagaimana
dikembangkan oleh para sosiolog dalam menawarkan bentuk dan desain organisasi
(Champoux, 2003), demikian juga yang diterapkan dalam teknik ekonomi. Kelompok
kerja informal diidentifikasikan sebagai sumber kontrol pekerja yang utama.
Kedua bentuk organisasi baik formal maupun informal harus diperhitungkan untuk
menjelaskan sebagaimana dan mengapa suatu organisasi berfungsi sedemikian rupa.
Penulis-penulis
tradisional memandang kekuasaan pada pemimpin dan upah sebagai motivator
primer. Sementara para ahli yang menganut paham hubungan manusiawi menekankan
pentingnya faktor-faktor psikologis dan sosial didalam membentuk tingkah laku
anggota organisasi. Kebanyakan para teoritisi hubungan manusiawi beranggapan
bahwa perencanaan manajemen dan pengambilan keputusan memberikan pengaruh
positif baik terhadap “morale” maupun produktivitas. Para manajer diingatkan
bahwa tingkah laku manusia di organisasi terdiri dari komponen rasional dan non
rasional Perasaan-perasaan, sentimen, dan nilai-nilai merupakan hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh para manajer. Pengaruh human relation begitu pesat,
sehingga muncul latihan-latihan manajemen di bidang industri dan pemerintah
yang memuat program motivasi, “morale” kepemimpinan, komunikasi antar pribadi,
keterampilan memberikan penyuluhan, dan dinamika kelompok. Tegasnya
manajer-manajer lebih disadarkan pada pentingnya dimensi monusia.
Walaupun
demikian, gerakan human relation ini juga tidak terlepas dari kritik-kritik
terutama yang datang dari lapangan industri. Para ahli human relation dianggap
terlalu lunak tertadap para pekerja, menekankan pada usaha yang bersifat
memanipulasi para bawahan, tidak mengindahkan pengaruh yang muncul dari
perserikatan-perserikatan, dan teknologi yang digunakan organisasi.
Para pendukung modern menolak penggunaan istilah human relations. Mereka
sebaliknya menamakan diri dengan istilah behavioral scientists (ilmuwan
tingkah laku manusia), psikolog organisasi, teoritisi organisasi. dan para ahli
pengembangan organisasi. Di antara sekian banyaknya para ahli yang mendukung
antara lain: Douglas Mc gregor, Rensis Likert, Frederick Herzberg, Warren
Bennis dan Chris Argyris (dalam Burhanuddin, 1994; Yukl, 2002).
Meskipun
masing-masing ahli tersebut memberikan dukungan mereka secara unik bagi
pendekatan behavioral science namun terdapat kesatuan dan konsistensi tema di
antara pandangan mereka. Mereka menunjukkan suatu pandangan yang optimis
terhadap hakikat manusia. Mereka juga mempercayai adanya kemuliaan dasar yang
dimiliki manusia. Lebih jauh lagi, bahwa prestasi kerja dapat dicapai melalui
bimbingan dan pengawasan secara mandiri, bukan melalui birokrasi yang kaku.
Dengan demikian, tindakan job enrichment akan lebih efektif ketimbang model
pembagian kerja/pembatasan tugas yang sempit. Motivasi positif, kepemimpinan
suportif, dan metode-metode supervisi kelompok lebih dipentingkan. Mereka juga
berpendirian bahwa iklim organisasi yang layak adalah suatu iklim dimana semua
anggota kelompok dan manajer lebih bersikap terbuka, tulus dan saling
mempercayai. Kerja sama dan teamwork lebih baik daripada sistem kompetisi antar
pribadi yang tidak sehat, dan umumnya bersifat merusak seperti kebanyakan kita
saksikan di organisasi-organisasi tidak terkecuali lembaga pendidikan semacam
sekolah.
3. Teori Organisasi System Aproach
Pendekatan
ketiga dalam menganalisis organisasi adalah dengan menerapkan konsep sistem.
Teori sistem sudah populer sejak beberapa dasawarsa yang lalu karena
kemampuannya dalam menyuguhkan suatu model sistem universal yang mencakup
berbagai bidang kehidupan: fisik, biologis, sosial, dan fenomena tingkah laku
manusia. Para teoritisi mencoba menemukan generalisasi-generalisasi yang
membantu dalam menjelaskan bagaimana berfungsinya segenap kesatuan dan proses.
Seperti
telah disinggung sebelumnya, para teoritisi organisasi sebenamya memperlakukan
organisasi itu sebagai suatu sistem. Sistem adalah suatu keseluruhan yang
terorganisir, terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan
bergantungan satu sarna lain. Ada beberapa konsep penting mengenai penerapan
sistem terhadap organisasi, yaitu:
§ Organisasi manusia lebih bercirikan sistem terbuka, yang-berarti
berinteraksi dengan berbagai unsur yang ada di lingkungan.
§ Organisasi cenderung mengarah kepada suatu dinamika atau keseimbangan yang
bergerak (moving equilibrium). Anggota-anggota organisasi berusaha
mempertahankan dan memelihara organisasi agar tetap hidup. Mereka mereaksi
segenap perubahan dan kekuatan-kekuatan baik yang ada di luar maupun dalam
organisasi itu sendiri guna menemukan keadaan baru agar tetap seimbang.
§ Untuk menjaga keseimbangan sistem organisasi, maka dikelola segenap
informasi dari rangkaian kegiatan yang dapat memberikan umpan balik
penyempurnaan setiap penyimpangan.
§ Organisasi sebenarnya bagian dari hirarkhi sistem yang terdiri dari divisi,
departemen, seksi-seksi dan kelompok individu. Atau tegasnya, organisasi
tertentu bisa merupakan bagian atau sub dari sistem yang lebih besar.
§ Ketergantungan adalah merupakan konsep kunci bagi teori sistem. Diterapkan
dalam organisasi, berarti didalamnya terdiri dari komponen-komponen yang saling
bergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
§ Konsep holism dalam memahami organisasi menunjukkan bahwa keseluruhan suatu
struktur atau kesatuan adalah lebih dari sekedar kumpulan bagian-bagian. Konsep
ini melandasi perlunya tindakan terpadu atau kompak (sinergy), yang berkaitan
dengan kemampuan komponen-komponen organisasi untuk mencapai sasaran bersama.
Tindakan bersama diayakini dapat melebihi hasil yang dicapai , dibandingkan
secara perorangan.
Konsep
sistem menolong kita dalam mendiagnosa hubungan yang saling berinteraksi di
antara tugas/kegiatan, teknologi, lingkungan dan anggota organisasi. Para
praktisi menerapkan konsep sistem dalam merancang, membangun, mengoperasikan
sistem info manajemen dan proses automasi. Lebih jauh lagi penggunaannya
dilihat pada rancangan-rancangan organisasi matriks dan proyek.
Berbeda
dengan model-model organisasi klasik, pendekatan sistem menunjukkan bahwa para
manajer sesungguhnya beroperasi dalam situasi yang mudah berubah, dinamis, dan
sering tidak menentu. Mereka pada umumnya tidak berada dalam kontrol sepenuhnya
(terkendali) terhadap situasi-situasi, dan harus berusaha menyesuaikan
kegiatan/tindakan, mencapai kemajuan ke arah tujuan yang ditetapkan, di samping
menyadari bahwa hasil-hasil yang akan diperoleh itu juga dipengaruhi oleh
banyak faktor dan kekuatan.
4. Teori Organisasi Contingency
Sebelumnya
teoritisi memandang, bahwa prinsip-prinsip organisasi dan manajemen telah
muncul secara universal. Namun, penelitian empiris yang dilaksanakan selama dua
puluh tahun terakhir ini membuktikan bahwa rancangan organisasi secara optimal
bergantung pada banyak faktor, baik yang ada di dalam maupun luar organisasi.
Oleh karena itu, hasil-hasil pemikiran kontemporer sesungguhnya menganjurkan
pendekatan kontigensi ini dalam mendesain suatu organisasi. Dan ini membutuhkan
suatu tindakan penilaian terhadap banyak kekuatan atau pendorong yang saling
berinteraksi.
Organisasi
menurut pandangan kontigensi ini bukanlah beroperasi dalam suasana vacum,
melainkan berada dalam situasi yang lebih kompleks dan menghadapi banyak faktor
baik yang bersifat mendorong maupun menghambat yang kesemuanya harus
dipertimbangkan secara matang, guna kesuksesan organisasi itu sendiri.
Sumber:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/27/sekilas-tentang-teori-teori-organisasi/
Komentar
Posting Komentar