Manajemen bisa kita
artikan pada kata mengatur, Sedangkan tatanegara adalah aturan dalam suatu
Negara. Sehingga
manajemen tatanegara adalah cara atau strategi untuk mengatur sebuah Negara
dengan aturan-aturan yang sudah tersedia di dalam Negara tersebut. Manajemen
tatanegara bukan hanya berupa aturan, tapi kemampuan masyarakat daalam mengatur
diri dalam pelaksanaan aturan Negara itu sendiri.Manajemen
tatanegara akan berhasil dengan sempurna dengan di dukung oleh
faktor-faktor pendukung yang berkualitas dalam pelaksanaannya
Desain
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik korelasional untuk
melukiskan secara sistematis, faktual, dan cermat dan berusaha memberikan
gambaran tentang apa saja yang ada hubungannya dengan penelitian kemudian
menganalisanya untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Saran yang
diajukan penulis yaitu perlu dilakukan perlu dimaksimalkan kegiatan-kegiatan
yang melibatkan semua karyawan seperti acara arisan darma wanita karyawan dan
koperasi, ditingkatkan pembinaan dan pelatihan pada karyawana, serta membuat
program kerja yang melibatkan keaktifan dari semua fungsi unit kerja.
Manusia
di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
Organisasi
adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis,
peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi
adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah
satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses
komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan
pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran
berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola
komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi
terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai
tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah
standar.
Aktivitas
komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai.
sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam konteks
komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah
komunikasiantara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu
dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di
antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua
arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja samayang
diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok,
untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi
merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam
organisasi. Menurut Kohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan
kinerja dan mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif,
yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian
(subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran
informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap
yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam
perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan
intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu
proses
komunikasi tersebut.
Dalam
hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi yang baik akan
mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat
kinerja suatu organisasi menjadi semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi
komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang
otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan
sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal.
Peningkatan
kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia
secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan
perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas.
Dsalah
satu organisasi formal di lingkungan aparatur pemerintah yang memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan. Program-program kerja yang
dirancang bertujuan untuk menmpromosikan dan melindungi bidang kepariwisataan
yang merupakan aset negara yang sangat penting sehingga sangat diharapkan
kinerja yang optimal yang dapat diwujudkan melalui peranan komunikasi yang efektif
supaya dapat memenuhi peran dan fungsinya sebagai aparat pemerintah yang
mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara ini.
Melihat
pengaruh yang sangat penting antara proses komunikasi yang terjadi dalam suatu
organisasi khususnya komunikasi interpersonal antar pegawai dengan tingkat
kinerja pegawai maka penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Komunikasi
Interpersonal Antar Pegawai Terhadap Kinerja PegawaiDinas Pariwisata dan
Kebudayaan.
Kerangka
Pemikiran
komunikasi mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kinerja pegawai.
Menurut defenisi Carl I. Hovland “Komunikasi adalahproses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)”.
Salah
satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal atau
komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa pribadi yang
memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Dalam
operasionalnya, komunikasi berlangsung secara timbal balikdan menghasilkan feed
back secara langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan
dengan dua arah dan feed back secara langsung akan sangat memungkinkan untuk
terjadinya komunikasi yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Onong U.
Effendy yang mengatakan bahwa, “Efektifitas komunikasi antar pribadi itu ialah
karena adanya arus balik langsung”.
Di
dalam suatu organisasi khususnya perkantoran, proses komunikasi adalah proses
yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan
koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Perkantoran yang
berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis
dari berbagai komponen. Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan
komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat
diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan
kinerja perkantoran akan meningkat.
Peningkatan
kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia
secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan
perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas. Jadi dapat dikatakan
bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat didukung dari tingkat kinerja
pegawai yang sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi yang terjadi antar
pegawai.
proses
pengambilan keputusan dalam organisasi.
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final. Hasilnya bisa berupa suatu tindakan
(aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam organisasi adalah dengan
melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan metode-metode tertentu untuk
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran teoritis,
kita mengenal lima metode pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut :
1.Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin
otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu
cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna
dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan
persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan
persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan,
ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan
para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila
dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada
keputusan yang diambil secara individual.
2.Pendapat Ahli (Expert Opinion)
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat
sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan
untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan
baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang
benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah
masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat
mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang
yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan,
namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran
tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar
ahli adalah persoalan yang rumit.
3.Kewenangan Setelah Diskusi (Authority Rule After Discussion)
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after
discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang
diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para
anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam
pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang
terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat
diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari
pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa
pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
4.Kesepakatan (Consensus)
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu
organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini
memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi
akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu
metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatan
ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah
dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode
ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
5.Voting (Vote)
Jika suatu keputusan dirasa belum mencapai kata sepakat maka dilakukan voting.
Voting yaitu pengambilan suara terbanyak itulah hasilnya.
Kelima
metode pengambilan keputusan di atas, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak
ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan
metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat
digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor :
jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola
kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam Proses Pengambilan Keputusan, masalah adalah sesuatu kondisi yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pemecahannya, masalah terbagi atas:
• Masalah yang harus segera dipecahkan, misalnya dalam keadaan tanggap bencana,
pemerintah daerah harus memutuskan apakah akan menganjurkan penduduk untuk
mengungsi atau tidak.
• Masalah yang sulit dipecahkan. Biasanya, masalah yang sulit dipecahkan
mengandung banyak trade-off atau konflik kepentingan. Misalnya, dalam sebuah
tim pengembangan produk, jika akan memproduksi produk dengan kualitas tinggi
maka biaya produksinya juga akan mahal, sedangkan konsumen menghendaki produk
yang berkualitas tinggi dengan harga yang wajar.
• Masalah yang tidak dapat dipecahkan. Biasanya suatu masalah belum dapat
dipecahkan karena kurangnya informasi yang melingkupinya. Kondisi ini hampir
sama dengan masalah yang sulit dipecahkan. Namun dengan penggunaan metode
analisis masalah yang tepat, pemecahannya akan menjadi lebih mudah.
Semua masalah membutuhkan pemecahan. Dalam hal ini berarti dibutuhkan proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan artinya menentukan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif yang mungkin dilakukan untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi.
Jenis
Keputusan
Terdapat beberapa jenis keputusan dalam proses pengambilan
keputusan.Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di
perusahaan jenis keputusan terdiri atas:
1. Keputusan Strategis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak
dalam sebuh perusahaan.
2.
Keputusan taktis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah
3.
Keputusan operasional, adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen yang
paling bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi.
Berdasarkan tersedianya pemecahan masalah, jenis keputusan yang biasanya muncul
adalah:
• Keputusan Terprogram. Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan
prosedur. Dalam hal ini kondisi yang dihadapi semuanya dapat diketahui dengan
pasti.
• Keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ini adalah keputusan
yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku, tergantung pada jenis masalahnya.
Biasanya, masalah yang membutuhkan keputusan tidak terprogram ini terjadinya
tidak dapat diprediksi.
• Keputusan tidak terstruktur.disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui
pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya.
Langkah
Pengambilan Keputusan
Secara umum, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
• Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen
biasanya dapat membantu proses identifikasi ini.
• Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan
keputusan. Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat
memerlukan adanya variabel yang terukur.
• Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan
masalah didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
• Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang
terbaik. Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil
dari keputusan.
• Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi,
dimana alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu
tertentu dan setelah itu akan dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau
penurunan pay off atau hasil.
Kesimpulan : Dari poin-poin diatas dapat kita ketahui bahwa dalam proses
pengambilan keputusan hendaknya di awali dengan jenis keputusan yang akan
diambil, setelah kita mengetahui jenisnya barulah kita tentukan langkah
pengambilan keputusan yang meliputi proses identifikasi, penetapan parameter,
alternatif, kriteria serta mengevaluasi hasilnya atau disebut tahap
implementasi. Sehingga pada akhirnya terciptalah sebuah keputusan yang adil dan
menguntungkan kedua belah pihak. Jika manajemen organisasi seperti itu
seharusnya tidak ada lagi penyelewengan kekuasaan dalam pengambilan keputusan
seperti kasus Gayus tersebut. Semoga pemegang kekuasaan pengambilan keputusan
seperti Pengadilan atau Mahkamah Agung hendaknya perlu membangun sistem
pengambilan yang terbaik demi terciptanya rasa keadilan bagi seluruh warga
negara.
Ciri-ciri Unsur & Teori
Organisasi
Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang
ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama,
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Ciri-ciri organisasi ialah:
1) terdiri daripada dua orang atau lebih
2) ada kerjasama
3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain
4) ada tujuan yang ingin dicapai.
Unsur-unsur organisasi:
1. Manusia(man) : dalam keorganisasian, manusia sering disebut sebagai pegawai
atau personel yang terdiri dari semua anggota organisasi tersebut yang menurut
fungsidan tingkatannyaterdiri dari pimpinan(administrator) sebagai unsur pimpinan
tertinggi dalam organisasi, manajer yang memimpin tiap-tiap satuan unit kerja
yang sudah dibagikan sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan para pekerja.
2. Kerjasama(team work) : suatu kegiatan bantu-membantu antar sesama anggota
oeganisasi yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. oleh
karena itu, anggota organisasi dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsi,
tugas dan tingkatannya masing-masing.
3. Tujuan bersama : adalah arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan merupakan
titik akhir dari apa yang diharapkan atau dicapai dalam organisasi. Setiap
anggota sebuah organisasi harus mempunya tujuan yang sama agar organisasi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginan bersama.
4. Peralatan(equipment) : segala sesuatu yang digunakan dalam organisasi
seperti uang, kendaraan, gedung, tanah dan barang modal lainnya.
5. Lingkungan(environtment) : yang termasuk kedalam unsur lingkungan adalah :
a. kondisi atau situasi yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
berjalannya organisasi karena kondisi atau situasi sangat dekat hubungannya
dengan organisasi dan anggotanya. b. tempat atau lokasi, karena mempengaruhi
sarana transportasi dan komunikasi. c. Wilayah operasi yang dijadikan sarana
kegiatan organisasi, wilayah operasi dibagi menjadi empat, yaitu wilayah
kegiatan,wilayah jangkauan, wilayah personil, wilayah kewenangan atau
kekuasaan.
6. Kekayaan alam : yang dimaksud adalah cuaca, keadaan geografis, flora, fauna
dll.
7. Kerangka/kontruksi mental organisasi itu sendiri.
Teori Organisasi
1. Teori Organisasi Klasik (Teori
Tradisional)
Teori klasik (classical theory) berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai
tahun 1800 (abad 19). Secara umum digambarkan oelh para teoritisi klasik
sebagai sangat desentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta
memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung
kreativitas.
a. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata
legal-rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya berasal dari
seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas, dan
organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan
organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan
Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reily dari Amerika.
Henry Fayol industrialis dari Perancis, pada tahun 1841-1925 mengemukakan dan
membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi
adalah :
- Pembagian kerja (division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (authorityand responsibility)
- Disiplin (discipline)
- Kesatuan perintah (unity of command)
- Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- Mendahulukan kepentingan umum daraipada pribadi
- Balas jasa (remuneration of personnel)
- Sentralisasi (centralization)
- Rantai scalar (scalar chain)
- Aturan (oreder)
- Keadilan (equity)
- Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
- Inisiatif (initiative)
- Semangat korps (spirit de corps)
Komentar
Posting Komentar